Saya saksi hijrahnya
Sebagai mahasiswa kere, dengan semua yang serba pas.
Pas mau makan siang pas temen traktir. Pas bayar kuliah, pas
dapet pinjeman. Saya kerja paruh waktu di sebuah restoran waralaba. Ya mahasiswa
sambil kerja, keliatannya asik dan keren. Mandiri dan macholah katanya. Padahal
capek luar biasa, bahkan ada waktu yang perlu dikorbankan, ada masa bersosial
dengan teman yang hilang. Saya kuliah pagi sampai jam 3 sore. Lalu kerja di
malam hari. Kebayang ngantuknya kalo pagi kuliah. Tapi itu konsekwensi yang
harus di tempuh.
Karena kerja malam, dan kebetulan resto kami ada kerjasama
dengan sebuah pub atau diskotik ( terkenal pada zamannya ) saya harus
menjajakan jualan saya ditempat ini. Hampir 2 tahun menjalankan ini . hufh… Ada
masanya harus melewati malam dengan buku pengantar akuntansi yang tebelnya luar
biasa. Ada kalanya mencuri untuk membaca ilmu ekonomi mikro ditengah gemerlap
lampu diskotik. Atau bikin tugas laporan rugilaba di meja bartender.
Rasanya Hoax kalo baca buku Jakarta undercover gak ngerasain
yang kayak begitu.
Menjadi saksi orang menghabiskan uang puluhan juta hanya
itungan sekian menit. Yang pasti menjadi saksi haramnya transaksi.
Berteman dengan preman ah biasa.. Semua cerita tentang
kejahatan malam keliatan didepan mata bahkan masih terekam hingga kini.
Berteman dengan semua pelakunyapun tidak ada pilihan, karena
ada dilingkaran mereka. Salah ? jawabannya bisa lihat sekarang ini.
Karena banyak orang disana paham saya anak kulihan, makanya
saya dijadikan anak emas mereka, jadi adik paling manis. Dan nikmatnya berteman
sama mereka “they will keep me on comfort zone “. Lu nyolek gue yang dating bapaknya
gorilla. Gituh kasarnya.
Saya ada kenal satu wanita katakanlan mawar namanya. Yah dia
pekerja disana, kerjanya apa , tak usah saya ceritakan detail. Entah dari
sekian banyak wanita, mawar ini paling dekat dengan saya, dia menganggap saya
sebagai adik padahal usia kita selisih 2 tahun saja. Saya jadi tempat curhat,
semua diceritakan. Malah kadang saya suka di minta menemani dia kemana aja, ke
mall, ataupun Cuma sekedar hiburan nonton dan jalan jalan. Bahkan saya pernah
beberapa kali menginap di apartemennya dia *tettot. ( tenang tak ada adegan
aneh, Cuma ngorok gue ajah yang ngeganggu )
Bukan kapasitas saya untuk menasehati dia untuk berhenti
dari pekerjaannya. Hanya saya sering cerita tentang agama, larangan Allah,
perinta Allah dan hakikat manusia hidup di bumi ini. Tentang sholat, zakat dan
lain lain. Saya cerita sebatas baca buku agama SMA ajah. Kadang malah ngawur
juga bahasanya.
Cuma tersirat , dia antusias mendengar, dia menyimak makna
semuanya walaupun Cuma sebatas dongeng anak kulihan.
Ya , saya Cuma 2 tahun disana, Alhamdulillah kuliah selesai
dengan sempurna. Masa masa itu lewat begitu saja.
Saya ingin membelikan sebuah anting untuk buah hati kami, ITC
BSD jadi tempat kami mencari di tahun 2010. Disebuah toko kecil dengan antrian
pembeli yang tak begitu ramai, kami mencari anting yang cocok untuk putri kami.
Menyelinap di kami seorang ibu dengan gamis panjang terurai
dan menunjuk sebuah gelang. Wajahnya masih saya ingat dan saya belum lupa wajah
ini meskipun sudah 14 tahun yang lalu. Membawa 2 anak perempuan cantik.
Karena kerumunan wanita akhirnya saya mundur ikutan menunggu
bersama para ayah. Yah disamping saya seorang lelaki yang sederhana. Kami salaman
dan saling menyapa.
Wanita ini selesai di toko dan menuju suaminya, Baru
pandangan kami bertatap. Yah beliau terkejut ada saya didepannya.
“ eh mas.. apa kabar
? sapa dia.
“ Alhamdulillah
baik. Jawab saya
Oh kalian saling kenal, suaminya menannyakan.
Iya bi, dia kawan saya. Wah hebat beliau ( menunjuk saya )
sering kasih nasehat dan ceramah ke saya. Dia mah ustad semenjak kuliah.
Saya Cuma diam dan senyum mengiyakan saja, agar peracakapan
tak menjadi panjang.
Sambil berujar . “ Alhamdulillah saya menjadi saksi hijrahnya.
Semoga tetap istiqomah sis…
*cuy