Senin, 01 Agustus 2016

Saya Saksi Hijrahnya

Saya saksi hijrahnya


Sebagai mahasiswa kere, dengan semua yang serba pas.
Pas mau makan siang pas temen traktir. Pas bayar kuliah, pas dapet pinjeman. Saya kerja paruh waktu di sebuah restoran waralaba. Ya mahasiswa sambil kerja, keliatannya asik dan keren. Mandiri dan macholah katanya. Padahal capek luar biasa, bahkan ada waktu yang perlu dikorbankan, ada masa bersosial dengan teman yang hilang. Saya kuliah pagi sampai jam 3 sore. Lalu kerja di malam hari. Kebayang ngantuknya kalo pagi kuliah. Tapi itu konsekwensi yang harus di tempuh.

Karena kerja malam, dan kebetulan resto kami ada kerjasama dengan sebuah pub atau diskotik ( terkenal pada zamannya ) saya harus menjajakan jualan saya ditempat ini. Hampir 2 tahun menjalankan ini . hufh… Ada masanya harus melewati malam dengan buku pengantar akuntansi yang tebelnya luar biasa.  Ada kalanya mencuri untuk  membaca ilmu ekonomi mikro ditengah gemerlap lampu diskotik. Atau bikin tugas laporan rugilaba di meja bartender.
Rasanya Hoax kalo baca buku Jakarta undercover gak ngerasain yang kayak begitu.
Menjadi saksi orang menghabiskan uang puluhan juta hanya itungan sekian menit. Yang pasti menjadi saksi haramnya transaksi.

Berteman dengan preman ah biasa.. Semua cerita tentang kejahatan malam keliatan didepan mata bahkan masih terekam hingga kini.
Berteman dengan semua pelakunyapun tidak ada pilihan, karena ada dilingkaran mereka. Salah ? jawabannya bisa lihat sekarang ini.

Karena banyak orang disana paham saya anak kulihan, makanya saya dijadikan anak emas mereka, jadi adik paling manis. Dan nikmatnya berteman sama mereka “they will keep me on comfort zone “. Lu nyolek gue yang dating bapaknya gorilla. Gituh kasarnya.

Saya ada kenal satu wanita katakanlan mawar namanya. Yah dia pekerja disana, kerjanya apa , tak usah saya ceritakan detail. Entah dari sekian banyak wanita, mawar ini paling dekat dengan saya, dia menganggap saya sebagai adik padahal usia kita selisih 2 tahun saja. Saya jadi tempat curhat, semua diceritakan. Malah kadang saya suka di minta menemani dia kemana aja, ke mall, ataupun Cuma sekedar hiburan nonton dan jalan jalan. Bahkan saya pernah beberapa kali menginap di apartemennya dia *tettot. ( tenang tak ada adegan aneh, Cuma ngorok gue ajah yang ngeganggu )

Bukan kapasitas saya untuk menasehati dia untuk berhenti dari pekerjaannya. Hanya saya sering cerita tentang agama, larangan Allah, perinta Allah dan hakikat manusia hidup di bumi ini. Tentang sholat, zakat dan lain lain. Saya cerita sebatas baca buku agama SMA ajah. Kadang malah ngawur juga bahasanya.
Cuma tersirat , dia antusias mendengar, dia menyimak makna semuanya walaupun Cuma sebatas dongeng anak kulihan.

Ya , saya Cuma 2 tahun disana, Alhamdulillah kuliah selesai dengan sempurna. Masa masa itu lewat begitu saja.


Saya ingin membelikan sebuah anting untuk buah hati kami, ITC BSD jadi tempat kami mencari di tahun 2010. Disebuah toko kecil dengan antrian pembeli yang tak begitu ramai, kami mencari anting yang cocok untuk putri kami.
Menyelinap di kami seorang ibu dengan gamis panjang terurai dan menunjuk sebuah gelang. Wajahnya masih saya ingat dan saya belum lupa wajah ini meskipun sudah 14 tahun yang lalu. Membawa 2 anak perempuan cantik.
Karena kerumunan wanita akhirnya saya mundur ikutan menunggu bersama para ayah. Yah disamping saya seorang lelaki yang sederhana. Kami salaman dan saling menyapa.

Wanita ini selesai di toko dan menuju suaminya, Baru pandangan kami bertatap. Yah beliau terkejut ada saya didepannya.
  “ eh mas.. apa kabar ? sapa dia.
 “ Alhamdulillah baik.  Jawab saya

Oh kalian saling kenal, suaminya menannyakan.

Iya bi, dia kawan saya. Wah hebat beliau ( menunjuk saya ) sering kasih nasehat dan ceramah ke saya. Dia mah ustad semenjak kuliah.
Saya Cuma diam dan senyum mengiyakan saja, agar peracakapan tak menjadi panjang.
Sambil berujar . “ Alhamdulillah saya menjadi saksi hijrahnya.
Semoga tetap istiqomah sis…


*cuy


Minggu, 31 Juli 2016

Saya saksi hijrahnya


Sebagai mahasiswa kere, dengan semua yang serba pas.
Pas mau makan siang pas temen traktir. Pas bayar kuliah, pas dapet pinjeman. Saya kerja paruh waktu di sebuah restoran waralaba. Ya mahasiswa sambil kerja, keliatannya asik dan keren. Mandiri dan macholah katanya. Padahal capek luar biasa, bahkan ada waktu yang perlu dikorbankan, ada masa bersosial dengan teman yang hilang. Saya kuliah pagi sampai jam 3 sore. Lalu kerja di malam hari. Kebayang ngantuknya kalo pagi kuliah. Tapi itu konsekwensi yang harus di tempuh.


Karena kerja malam, dan kebetulan resto kami ada kerjasama dengan sebuah pub atau diskotik ( terkenal pada zamannya ) saya harus menjajakan jualan saya ditempat ini. Hampir 2 tahun menjalankan ini . hufh… Ada masanya harus melewati malam dengan buku pengantar akuntansi yang tebelnya luar biasa.  Ada kalanya mencuri untuk  membaca ilmu ekonomi mikro ditengah gemerlap lampu diskotik. Atau bikin tugas laporan rugilaba di meja bartender.
Rasanya Hoax kalo baca buku Jakarta undercover gak ngerasain yang kayak begitu.
Menjadi saksi orang menghabiskan uang puluhan juta hanya itungan sekian menit. Yang pasti menjadi saksi haramnya transaksi.

Berteman dengan preman ah biasa.. Semua cerita tentang kejahatan malam keliatan didepan mata bahkan masih terekam hingga kini.
Berteman dengan semua pelakunyapun tidak ada pilihan, karena ada dilingkaran mereka. Salah ? jawabannya bisa lihat sekarang ini.

Karena banyak orang disana paham saya anak kulihan, makanya saya dijadikan anak emas mereka, jadi adik paling manis. Dan nikmatnya berteman sama mereka “they will keep me on comfort zone “. Lu nyolek gue yang dating bapaknya gorilla. Gituh kasarnya.

Saya ada kenal satu wanita katakanlan mawar namanya. Yah dia pekerja disana, kerjanya apa , tak usah saya ceritakan detail. Entah dari sekian banyak wanita, mawar ini paling dekat dengan saya, dia menganggap saya sebagai adik padahal usia kita selisih 2 tahun saja. Saya jadi tempat curhat, semua diceritakan. Malah kadang saya suka di minta menemani dia kemana aja, ke mall, ataupun Cuma sekedar hiburan nonton dan jalan jalan. Bahkan saya pernah beberapa kali menginap di apartemennya dia *tettot. ( tenang tak ada adegan aneh, Cuma ngorok gue ajah yang ngeganggu )

Bukan kapasitas saya untuk menasehati dia untuk berhenti dari pekerjaannya. Hanya saya sering cerita tentang agama, larangan Allah, perinta Allah dan hakikat manusia hidup di bumi ini. Tentang sholat, zakat dan lain lain. Saya cerita sebatas baca buku agama SMA ajah. Kadang malah ngawur juga bahasanya.
Cuma tersirat , dia antusias mendengar, dia menyimak makna semuanya walaupun Cuma sebatas dongeng anak kulihan.

Ya , saya Cuma 2 tahun disana, Alhamdulillah kuliah selesai dengan sempurna. Masa masa itu lewat begitu saja.


Saya ingin membelikan sebuah anting untuk buah hati kami, ITC BSD jadi tempat kami mencari di tahun 2010. Disebuah toko kecil dengan antrian pembeli yang tak begitu ramai, kami mencari anting yang cocok untuk putri kami.
Menyelinap di kami seorang ibu dengan gamis panjang terurai dan menunjuk sebuah gelang. Wajahnya masih saya ingat dan saya belum lupa wajah ini meskipun sudah 14 tahun yang lalu. Membawa 2 anak perempuan cantik.
Karena kerumunan wanita akhirnya saya mundur ikutan menunggu bersama para ayah. Yah disamping saya seorang lelaki yang sederhana. Kami salaman dan saling menyapa.

Wanita ini selesai di toko dan menuju suaminya, Baru pandangan kami bertatap. Yah beliau terkejut ada saya didepannya.
  “ eh mas.. apa kabar ? sapa dia.
 “ Alhamdulillah baik.  Jawab saya

Oh kalian saling kenal, suaminya menannyakan.

Iya bi, dia kawan saya. Wah hebat beliau ( menunjuk saya ) sering kasih nasehat dan ceramah ke saya. Dia mah ustad semenjak kuliah.
Saya Cuma diam dan senyum mengiyakan saja, agar peracakapan tak menjadi panjang.
Sambil berujar . “ Alhamdulillah saya menjadi saksi hijrahnya.
Semoga tetap istiqomah sis…


*cuy


Jumat, 19 Februari 2016

Bicara tentang Jejak

Bicara tentang jejak
Innalilahi wa inna ilahi rojiun, Pak irul, ibu meninggal semalam. Maafin kalo ibu punya salah ya pak.
Begitu sms yang saya terima saat itu, bu yeyen saya kenal 12 tahun yang lalu. Saat saya masih ngebolang jadi sales susu bayi.
Hari itu bekasi luar biasa panas, jam makan siang sepertinya nikmat buat makan gado gado. Di pedalaman masuk lewat alexindo harapan jaya, saya ketemu warung gado gado yang tidak ramai. Bahkan cenderung sepi.
Setelah gado gado datang baru saya santap satu sendok, rasanya saya mau lepeh. Dan tak masuk ke mulut. Asli rasa gado gado ini gak karuan. Bu yeyen lihat saya jadi salah tingkah. “ ke asinan yah pak ?, maaf saya tambahin garam.. “. Wah bug ado gado ibu bukan Cuma asin tapi memang gak karuan rasanya.
Saya melihat ada gundah di mata si ibu. Saya datangi, bu gorengin saya telor ajah deh boleh gak. Akhirnya saya nyantap telor ceplok dan kecap manis.
“ udah brapa lama jual gado gado bu ? saya buka pembicaraan. Ceritalah panjang lebar.
Yah si ibu ini janda, suaminya pergi gak tahu kemana, ninggalin 2 anak yang masih SMP dan SMA. Padahal lokasi rumahnya strategis karena banyak pabrik disana. Tapi saya liat memang dia gak punya passion jualan beginian.
“Bu, saya titip ini ada uang 450 ribu, ibu beliin minuman, pokoknya ibu jualan minuman ya. Jangan jualan nasi atau gado gado lagi. “ yah ide itu muncul begitu saja. Inget yah bu, jualan minuman atau makanan kecil, jangan jualan yang di masak. Sekali lagi saya wanti wanti..
3 tahun setelah saya resign dari kerja sales, dan hampir lupa semua kejadian saat itu. Saya di ingatkan pas kebetulan ada keperluan di kantor sosro. “wah mumpung deket saya mampir ke rumah bu yeyen.
Subhanalllah, wal hamdulillah.. Ya rabb.. rumah yang dulu jadi tempat saya makan telor ceplok berubah jadi toko kelontong yg lumayanlah..
“ Ya Allah pak, kemana aja saya tungguin kirain bapak mau main main lagi kesini. “ bu yeyen kaget saya datang. Alhamdulillah pak sekarang jadi jual sembako juga. Saya Cuma bisa senyumlah…
Sebelum saya pamit, buy eyen kasih saya amplop. “ pak, ini 450 ribu yang dulu bapak kasih, saya kembalikan, Alhamdulillah saya sudah bisa balikin. Dan ini 1 juta saya titip buat bapak, semoga bisa buat bantu orang lain. “
Ya Rabb…. Bingung jawabnya.
Yah begitulah jejak…
Kadang suka malu nulis cerita kaya begini. Saya suka cerita dulu sebelum saya tulis sama om Gaw Bayu Gawtama, pasti di saranin tulisss, buat share ke orang lain.
Allahumma firlaha warhamha…
Selamat jalan bu yeyen
Semoga saya bisa makan gado gado enak di surga nanti..

Kamis, 10 Desember 2015

Hujanku

Hujan
Bagi anak anak Hujan adalah hal yang sangat menyenangkan, terlebih bagi anak kampung seperti saya. Main Bola dan berlari ditengah hujan, adalah keceriaan yang tak bisa di gantikan walapun dengan mainan terbaik yang ada di mall besar.
Hujan selalu menarik dan membahagiakan.


______

Hujan kali ini saat memasuki kelas 2 SMP dimana ada keinginan membeli sepatu baru. Mungkin bagi anak orang kaya bisa langsung beli. Tapi bagi saya , saya harus memikir apa yang saya bisa kerjakan agar bisa membeli. Ojek Payung Pernah saya lakoni di masa kecil. Mengumpulkan uang demi sebuah sepatu tanpa ada terpikir akan sakit atau flu. Dan terbukti kami baik baik saja.
Hujan menguyur Jakarta begitu derass dan lumayan lamaa. Bagi kami pengojek payung, ini anugerah yang luarr biasa. Begitu juga dengan Indra, kawan kecil saya yang begitu semangat mengojek hari ini.  Kita berbagi informasi dan berbagi pelanggan, tanpa ada persaingan untuk bisa mendapatkan paling lebih banyak. Karena kami percaya, service terbaik akan mendapatkan tips terbesar. Allah pasti mengabulkan semua doa.

“udah dapat brapa ? Tanya indra ..
“Goceng”. Alhamdulillah bisa kebeli sepatu bentar lagi

Saya melihat wajah sedih di mata kawan saya ini.
Kenapa lu ,  gak seneng denger gw dapet banyak. ?

Enggak kok, berarti gw harus semangat nih nyusul elu….biar dapet banyak dan bisa bayarin utang emak gw…
“jleb”… wah seperti terlepas omongan dan keluar dari mulut yang jujur. Kawan gw ngojek payung buat bayar Hutang emaknya.. dan dia begitu bersemangat dengan ini.

Hujan mulai gerimis kamipun istirahat sejenak didingin menjelang sore. Seperti ada yang menggerakan tangan ini.
 “ nih.. separoh yang gw dapet buat elu aja, gw beli sepatunya minggu depan ajah, entar Allah juga ngasih Hujan Lagi.

Disela gerimis ada yang memanggil kami untuk jasa payung,  “ lu yang ambil aja, gw masih capek. Habis ini kita pulang yah.. ntar kemaleman.. ajak indra.”
Saya menghampiri wanita muda seperti seorang mahasiswa.

 ke batu ceper mau gak dek ? Tanya si mbak.
Biasanya saya nolak kalo jauh jauh.. tapi kali ini saya mengiyakan dengan harapan ini pelenggan terakhir.

‘ sepanjang perjalanan si mbak banyak bertanya. Tentang sekolah, tentang keluarga dan tentang ngojek payung “
“ Saya ceritakan semua dan ceritakan juga tentang indra dan sepatu keinginan saya “

Saya pulang membawa sepatu bekas adiknya si mbak.. masih bagus walapun kebesaran dikit. Gpp bisa ganjel Koran.

Emang Allah maha baik, Allah bukan Cuma ngasih Hujan buat kami.
Allah malah ngasih sepatu..
Allah juga malah ngasih jalan buat lunasin hutang emaknya indra


Hujan, rindu saat kedinginan ini dirasakan bersama sahabat
Hujan selalu menyimpan Senyum kami tanpa tersimpan benci


*BERSAMBUNG

Senin, 23 September 2013

Mimpi Besar si burung biru

Hai Teman,

Pada Paham berapa Gaji yang diterima  Supir taxi di jakarta perbulannya ? katakanlah taxi yang dianggap paling mahal di jakarta ( si burung biru ) . dari beberapa kali bicara dengan supir taxi ini, mereka hanya mendapatkan Rp. 1.500.000 bulan.  " TIDAK", saya tidak membutuhkan penilaian kalian , besar atau kecil uang segituh, bagi pak supir. ada hal lain yang ingin saya ceritakan :

Bang Rojali, baru hari minggu kemarin saya kenalan dengan beliau. kebetulan beliau yang mengantar saya ke bandara soekarno hatta.

seperti kebanyakan supir taxi burung biru yang selalu ramah menemani kita ngobrol, itupun kalo kita tidak tertidur. padahal kalo ingat kalimat " jika dijalan adalah sekolah, maka orang yang kau temui bisa jadi adalah guru ".

Yah Bang Rojali punya 2 anak yang masih sekolah, kedua2nya Putri, Anak yg besar sekolah kelas 2 SMA dan yang kecil kelas 1 Tsanawiyah ( setingkat SMP ). istrinya cuma IRT,

Betul , angka di atas betul, gaji bang rojali cuma 1.500.000. sudah 4 bulan ini bang rojali dan keluarga banyak menahan keinginan dan nafsunya.karena bang rojali ingin mewujudkan MIMPI BESAR keluarganya

ketika si anak pertamanya tiap bulan harus membayar les renang yang di wajibkan sekolah, Rp.40.000/ bulan, dia rela kalo nilai olahraga anaknya untuk tahun ini harus jelek
ketika anak keduanya 4 bulan ini harus rela sekolah tidak naik kendaraan ( angkot ) melainkan jalan kaki.
ketika sang istri yang seharusnya minum obat asam urat tapi di tahan hingga mimpi besar keluarganya terwujud tahun ini.

Subhanallah, MIMPI BESAR keluarga bang Rojali harusnya jadi mimpi besar semua keluarga muslim di indonesia, Yah Tahun Ini bang Rojali bermimpi Berqurban untuk seluruh keluarganya, Yah,  4 orang keluarganya akan berqurban tahun ini.

saya kebayang, dalam kondisi harga hewan qurban yang saat ini Sudah begitu tinggi, Ternyata ada sosok keluarga yang dari segi penghasilan bisa dikatakan minim,  Tapi bermimpi BESAR. semoga MIMPImu terwujud bang...

C-mon Guys,  Apa kalian tidak ingin bermimpi seperti keluarga bang Rojali ??
apa mimpimu masih tetap sama ? mengganti gadget terbaru ?
Apa rencanamu  masih tetap sama ? , Liburan ke bali atau keluar negri ??

Atau memang tak terbesit mimpi atau rencana  untuk berqurban tahun ini ??


regards

Roel Mustafa

Jangan terburu buru

Dulu orang tua kita berangkat bekerja setelah matahari terbit dan sudah kembali ke rumah sebelum matahari terbenam......
Walaupun memiliki anak yg banyak, rumah dan halaman pun tetap luas, bahkan tidak sedikit ada yg memiliki kebun dan semua anak2nya bersekolah......


Sekarang....banyak yg berangkat kerja subuh dan sampai rumah tengah malam, kerja keras yg dijalani melebihi jam kerja orang tuanya tapi rumah dan tanah yg dîmiliki tidak seluas rumah orang tuanya dan bahkan banyak yg takut memiliki anak banyak karena takut kekurangan.......Ampuni Kami YA RAbb

Adakah yg salah dgn cara hidup kita ???

Orang tua kita hidup tanpa banyak alat bantu tapi tenang menjalani hidupnya......

Sementara kita yg dilengkapi dgn pampers, mesin  cuci, kompor gas, HP, fax, computer, internet, microwave, mobil/motor, email, FB, BB, iPod, iPad, dll yg seharusnya sangat mempermudah hidup ini, tapi tetap saja kerepotan........
sampai2 tidak sempat menikmati hidup karena semuanya dilakukan terburu2......

Berangkat kerja TERBURU-BURU......
Pulang kerja juga TERBURU-BURU.....
Makan siang TERBURU-BURU......
Dilampu merah TERBURU-BURU.....
Bahkan Berdo'a pun TERBURU-BURU......
bahkan ketika sholatpun dilakukan terlambat dan terburu buru

Hanya mati yang tidak seorangpun mau TERBURU-BURU.........

Saking takutnya akan kurangnya harta untuk diri dan keluarganya sampai2 kita HITUNGAN dalam MEMBERI, sementara Tuhan tidak pernah hitungan dalam memberi berkat pada kita........

Sampai dimanakah hidup kita pada hari ini ?
renungkan cuy ,  jangan TERBURU-BURU yah..


roel mustafa